Mei 30, 2013

Prasangka





Apa kau tahu awan-awan seperti apa yang terbentuk
Di atas kepala mereka?
Tidak selalu cumullus atau pun cirrus
Tidak selalu hitam atau pun putih
Awan-awan perlahan bergerak
Menyentuh awan lain yang berarak
Membisikan pemandangan yang dilaluinya
Tentang bergulungnya  ombak berkejaran
Tentang ilalang diterpa jingga sore menjadi kecoklatan
Bahkan tentang kita
Kita yang kadang  bersebelahan
Menepi bersisian
Tapi tentu saja, bukan sang hati yang mereka baca
Bukan sang hati yang mereka lihat
Hanya gestur kita,
Hanya mimik kita,
Angin yang selalu mengiringi rumput menari
Mengiringi setiap helai
Apa harus ada sembunyi?
Apa harus ada menyisih?
Untuk memperbaiki ocehannya
Atau pun pecahnya kita?


Mei 07, 2013

A CUP OF COFFEE






Clara menatapnya dari kejauhan. Menatap setiap gerak-gerik sesosok manusia yang telah lama ia kagumi. Ia mengamatinya di sela-sela jam makan siang. Disaat itu dia sedang duduk di atas rerumputan bersama dengan se-cup kopi hangat. Selalu, selalu seperti itu. Kadang beberapa temannya ikut duduk disana dan ikut bercengkrama dengannya.Terlihat sangat menyenangkan.
Tapi Clara hanya mengamatinya. Mengikuti rangkaian cerita yang berbeda setiap harinya dari kejauhan.

Kadang ia terlihat senang, tapi juga kadang terlihat sangat sedih. Beberapa hari yang lalu, dia terlihat sedih. Matanya sayu dan tidak bersemangat. Berkali-kali ia menarik napas panjang dan menghembuskannya. Clara tahu dia sedang dalam masalah. Tapi masalah apa? Kopi yang sedari tadi dipegangnya hanya ia pandangi dengan lekat. Dan beberapa kali dia melihat handphonenya yang berada di tangannya yang lain.
Dia sedang menunggu kabar? Mungkin. Apa pun kabar yang dia tunggu, Clara berharap itu akan menjadi kabar yang baik.

Kemarin, dia terlihat begitu senang. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Matanya pun terlihat berbinar-binar penuh cahaya. Beberapa temannya ikut tertawa, bahkan beberapa diantaranya menyalaminya seperti memberi ucapan selamat. Clara tidak tahu alasannya, mungkin dia memenangkan lomba atau apa? Clara tidak tahu. Tapi yang ia tahu, ia ikut bahagia melihat senyuman yang tak henti-hentinya mengembang itu. Angin berhembus lembut. Lihat, angin pun ikut bergembira bersama kebahagiaannya. Bahkan langit begitu cerah, secerah hatinya hari ini. Dia tidak tahu bahwa senyumannya bisa memberikan semangat pada hidup orang lain. Tetaplah seperti itu, harap Clara.

 Hari ini, Clara tahu alasan mengapa senyum itu masih melekat. Sesosok manusia lain berjenis sama dengannya, perempuan. Ya, mungkin karena sosok itu. Hari ini dia datang bersamanya. Jari-jari tangannya saling bertaut satu sama lain. Bergenggam erat diantara tawa yang mereka ciptakan.
Dia terlihat memperkenalkan sang perempuan kepada teman-temannya. Mereka terlihat senang, mereka terlihat bahagia.

Tapi kenapa Clara tidak ikut bahagia melihat senyuman itu? Bahkan senyumannya hari ini lebih indah dibandingkan kemarin. 
Ternyata, alasan dia tersenyum dapat membeikan efek yang berbeda pada dirinya. Clara juga ikut tersenyum, tersenyum hambar. Tapi apa pun alasannya, seharusnya ia ikut bahagia kan? Bahagia melihat orang lain bahagia. Tersenyum melihat orang lain tersenyum. Itu yang dia ajarkan selama ini.

Angin tetap berhembus lembut, tapi langit sepertinya ingin menurunkan hujan. Gerimis mulai turun. Kelompok dengan canda tawa itu mulai berlarian mencari tempat berteduh. Dia berlari sambil menggenggam tangan si perempuan dan tangannya yang lain tetap membawa gelas kopi hangat.

Clara tahu rasa kopi yang dia miliki hari ini sangat manis. Tapi kopinya hari ini berubah pahit. Tidak ada yang salah dengan kopinya, yang salah adalah hatinya. Clara harus merelakannya bahkan sebelum ia memulainya.
Clara tidak menyesal, kini ia tahu apa yang harus ia lakukan di kemudian hari.
Clara harus mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Dan tentu saja mencoba menikmati kopinya kembali agar terasa manis. Semoga bahagia.


 

Blog Template by YummyLolly.com