Clara
menatapnya dari kejauhan. Menatap setiap gerak-gerik sesosok manusia yang telah
lama ia kagumi. Ia mengamatinya di sela-sela jam makan siang. Disaat itu dia
sedang duduk di atas rerumputan bersama dengan se-cup kopi hangat. Selalu,
selalu seperti itu. Kadang beberapa temannya ikut duduk disana dan ikut
bercengkrama dengannya.Terlihat sangat menyenangkan.
Tapi
Clara hanya mengamatinya. Mengikuti rangkaian cerita yang berbeda setiap
harinya dari kejauhan.
Kadang
ia terlihat senang, tapi juga kadang terlihat sangat sedih. Beberapa hari yang
lalu, dia terlihat sedih. Matanya sayu dan tidak bersemangat. Berkali-kali ia
menarik napas panjang dan menghembuskannya. Clara tahu dia sedang dalam
masalah. Tapi masalah apa? Kopi yang sedari tadi dipegangnya hanya ia pandangi
dengan lekat. Dan beberapa kali dia melihat handphonenya yang berada di
tangannya yang lain.
Dia
sedang menunggu kabar? Mungkin. Apa pun kabar yang dia tunggu, Clara berharap
itu akan menjadi kabar yang baik.
Kemarin,
dia terlihat begitu senang. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Matanya pun
terlihat berbinar-binar penuh
cahaya. Beberapa temannya ikut tertawa, bahkan beberapa diantaranya
menyalaminya seperti memberi ucapan selamat. Clara tidak tahu alasannya,
mungkin dia memenangkan lomba atau apa? Clara tidak tahu. Tapi yang ia tahu, ia
ikut bahagia melihat senyuman yang tak henti-hentinya mengembang itu. Angin berhembus lembut. Lihat, angin
pun ikut bergembira bersama kebahagiaannya. Bahkan langit begitu cerah, secerah hatinya hari ini.
Dia tidak tahu bahwa senyumannya bisa memberikan semangat pada hidup orang
lain. Tetaplah seperti itu, harap Clara.
Hari
ini, Clara tahu alasan
mengapa senyum itu masih melekat. Sesosok manusia lain berjenis sama dengannya,
perempuan. Ya, mungkin karena sosok itu. Hari ini dia datang bersamanya.
Jari-jari tangannya saling bertaut satu sama lain. Bergenggam erat diantara
tawa yang mereka ciptakan.
Dia
terlihat memperkenalkan sang perempuan kepada teman-temannya. Mereka terlihat
senang, mereka terlihat bahagia.
Tapi
kenapa Clara tidak ikut bahagia melihat senyuman itu? Bahkan senyumannya hari
ini lebih indah dibandingkan kemarin.
Ternyata,
alasan dia tersenyum dapat membeikan efek yang berbeda pada dirinya. Clara juga
ikut tersenyum, tersenyum hambar. Tapi apa pun alasannya, seharusnya ia ikut
bahagia kan? Bahagia melihat orang lain bahagia. Tersenyum melihat orang lain
tersenyum. Itu yang dia ajarkan selama ini.
Angin
tetap berhembus lembut, tapi langit sepertinya ingin menurunkan hujan. Gerimis
mulai turun. Kelompok dengan canda tawa itu mulai berlarian mencari tempat
berteduh. Dia berlari sambil menggenggam tangan si perempuan dan tangannya yang
lain tetap membawa gelas kopi hangat.
Clara
tahu rasa kopi yang dia miliki hari ini sangat manis. Tapi kopinya hari ini
berubah pahit. Tidak ada yang salah dengan kopinya, yang salah adalah hatinya.
Clara harus merelakannya bahkan sebelum ia memulainya.
Clara
tidak menyesal, kini ia tahu apa yang harus ia lakukan di kemudian hari.
Clara
harus mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Dan tentu saja mencoba menikmati
kopinya kembali agar terasa manis. Semoga bahagia.
0 comments:
Posting Komentar